Halaman

Selasa, 17 Mei 2011

Mie Taman Sari


“Ini gorden dari Ibu kecil sampai sekarang begini-gini aja.  Lihat tuh warnanya dekil kan? Tapi bagus sih,  mereka mempertahankan interior masa lalunya”  sahut Ibu saya sambil menunjuk kain berwarna merah-muda di sebelah pintu masuk.  Rumah makan ini memang terbilang legendaris bagi orang-orang yang tinggal di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat.  Setiap pagi sekitar pukul 9-11 para tamu yang di dominasi oleh Chinese selalu memenuhi kedai ini untuk mengisi perut mereka di kala pagi hari.  Sehingga tidak perlu heran,  sering-kali jika kita datang pada pukul 12.00,  mie dan pelengkapnya sudah habis.  Padahal kedai ini menaruh waktu buka hingga pukul 15.00.
           
Letaknya tepat di palang jalan yang bertuliskan “Jl. Taman Sari X” kedainya bercat-kan putih dimana dari jalan tampak seorang bapak dengan anak buahnya yang sedang menyiapkan mie untuk pelanggan.  Disamping kedai juga terlihat jelas rumah pemilik kedai,  hanya dapur kedai saja yang menjadi pembatasnya.  Sebetulnya hingga saat ini saya,  bahkan Ibu saya yang sejak remaja sering kesini belum mengetahui nama kedai ini,  ibu saya hanya mengatakan “Ca,  makan mie di taman sari yuk!”  Sehingga kami menyebutnya “Mie Taman Sari”
          
Tampak depan Mie Taman Sari
Beberapa orang mungkin tidak akan terlalu menyukai mie di kedai ini,  karena mie-nya memang terbilang tebal dan tidak luwes,  tetapi inilah yang menjadi ciri khasnya.  Apalagi saat dimakan selagi panas,  mie terasa sangat enak sekali dan sangat lincah di mulut,  dengan potongan ayam kampung yang ukurannya sangat sepadan dengan mie-nya.  Selain itu, kita juga dapat memesan kuah kaldu ayam yang diberi pelengkap yang dapat kita pilih seperti daging ayam ekstra, hati, ampela, jantung ayam, bakso sapi dan ikan.  Sangat disayangkan jika anda tidak memesan pelengkap yang ini,  karena akan menambah cita rasa saat anda menyantapnya dengan mie.  Ada pula menu tambahan bagi yang non-muslim seperti marus (darah sapi atau ayam yang dibekukan,  teksturnya seperti ati), pangsit/siomay/bakso goreng (berisi daging babi).


Bakso sapi, ayam paha ekstra, ampela (searah jarum jam)


Saran saya jika anda ingin menikmati kelezatan asli dari mie ini,  alangkah baiknya untuk tidak memesan dibungkus,  karena mie akan menjadi kaku dan menempel antara satu dengan yang lainnya.  Untuk harga,  mie disini bisa dibilang tidak terlalu murah,  dengan uang sekitar Rp.60.000-, kita dapat menikmati dua porsi mie dengan kuah,  harga akan berbeda lagi jika kita menambahkan pelengkap.  Walaupun isi dompet berkurang di pagi hari,  tetapi lidah dan perut tidak akan kecewa.